Maafkan, Saya Mengeluh

/
1 Comments
Maaf, adalah kata pertama yang mesti aku ucapkan untuk tulisanku kali ini.
Maaf, adalah kata yang sampai nanti akan selalu menghiasi sepanjang kalimat-kalimatku nanti.
Jadi Maaf, tulisan ini adalah keluhan. Jika kurang berkenan, aku minta maaf.

Maafkan,
saat aku membuka linimasa berita pagi ini, yang kulihat adalah berita-berita yang menyedihkan. Demonstrasi, unjuk rasa, kriminal, kemiskinan, dan sejenisnya.



Maafkan,
saat aku mencoba streaming acara-acara tv nasional, yang kulihat adalah banyaknya doktrinasi hedoni yang terintepretasi lewat tayangan, tampilan, tutur kata, bahkan binar mata mereka yang mengatakan diri mereka seorang penghibur.

Maaf,
bukankah jika mereka hanyalah seorang penghibur, tidak selayaknya mereka menjadi teladan atau contoh bagi penontonnya. Hiburan hanyalah pembuang waktu untuk emosi. Tapi mengapa orang-orang pintar dalam dagang di sana, menjadikan penghibur untuk panutan penontonnya? Semoga mereka tidak menginginkan demikian, dan cepat sadar lalu berbenah.

Maaf,
di tayangan lain, aku melihat media berita berubah menjadi pembentuk ide dan penggerak opini pemirsanya. Yang pada awalnya, media adalah penyampai berita, pelayan masyarakat untuk informasi. Lantas layakkah seorang hamba mendikte perintah atas tuannya?

Sekali lagi Maafkan,
buat kita yang masih saja terlena oleh kehidupan glamour nan mewah yang dianut mereka, pernah terlintaskah sejenak, pada diri kita untuk memikirkan DIA?
yang padaNYA lah nanti kita dikembalikan. yang padaNYA pula kita akan ditanya dan diminta pertanggung jawaban atas apa yang telah kita lakukan di dunia?

Sekali lagi Maafkan,
bukannya aku telah menjadi yang kalian tuduhkan. bukan pula aku merasa sebaik yang kalian tudingkan. Aku adalah sama, produk didikan media yang telah terkotori oleh drama dan tipu daya terjauh dari agama. Tapi aku sadar, kita semua tengah terjebak. Kita menjadi buih yang terombang-ambing di lautan. Mengambang tak berdaya, terbawa arus tanpa asa.

Maka Maafkan,
jika dalam sayangku untuk mu, aku masih belum mampu memikat hatimu seperti yang kau inginkan. Menjadi teman terbaik, apalagi contoh ideal untuk perubahan.

Maka Maafkan,
jika yang aku tawarkan adalah ajakan, untuk saling mengingatkan dalam kebaikan. Untuk saling berlomba dalam kebaikan, menyeru tentang kebenaran. Dan saling menguatkan dalam iman, menuju dunia Islam yang Rasul impikan.

dari saudaramu,
@prazakhmad


You may also like

1 komentar:

notes from praz akhmad. Diberdayakan oleh Blogger.