Kita

/
0 Comments
Pagi ini, kutemukan lagi waktu kembali 
Pada jutaan warna yang melarut dalam sebuah prisma
Pada dimensia ruang yang fana

Aku mencoba berjalan seiring melodi
yang melenggang anggun pada interlude
dengan beberapa tarian dan lompatan kecil
saat memasuki lekukan drama reffrain

Namun Pagi ini, kutemukan kembali waktu
yang memenjarakan warna di dalam prisma
pada absensia dimensia 

Pagi selalu sedingin hatimu, meskipun kutemukan dia di musim gugur, dingin, semi, maupun musim panas. Ah, jika kutuliskan lagi cerita tentangmu, pasti mereka akan bosan,
Mereka telah mendengar kisahmu lewat lisanku berjuta, bahkan setiap kali saat mereka bertatap muka denganku. Aku menyadarinya, dan aku sudah berusaha sekuat tenaga agar tidak mengundangmu hadir saat aku bersama mereka.

via clairechance.blogspot.com
Tapi apa kamu tau? saat aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk mengabaikanmu, justru mereka yang membawamu kembali hadir di tengah-tengah kita, menanyakan kabarmu, kesibukanmu, yang menyita perhatianmu beberapa hari terkahir. Mereka juga yang gembira, saat aku menggandengmu dalam cerita penuh tawa dan canda. Cerita tingkah lucu mu yang kadang konyol nan lugu. Ya, buat mereka itu bagian terbaiknya.

Tapi mereka juga yang kecewa, saat aku justru terjebak dalam mimpiku sehingga abai pada mu. Saat aku tak mampu menjawab, apakah kamu tidak sakit saat setiap sore sepulang kerja, kamu harus terjebak macet sendirian dan kehujanan. Saat kamu harus sibuk dan terfokus pada persiapan meeting setiap hari kamis, apakah aku bisa membantumu. Saat aku mulai kehilangan cerita tentang kita, dan terlalu banyak berkata aku, mereka juga yang merasa, sepertinya ada yang tidak benar. Sepertinya aku melewatkan kepingan terpenting dalam puzzle hari ku.

Apakah kamu tau, kadang justru aku yang merasa cemburu padamu. Mereka seolah selalu memperhatikanmu, menjadi penggemar setiamu. Mereka selalu ingin tau cerita terbaru tentang mu. Kadang saat kita berbeda pendapat, mereka seolah menjadikanmu pihak yang selalu benar, mengharuskan aku yang mengalah, dan harus mencoba mengerti tentang pendapatmu.

Mengerti...........

Sepertinya itu kalimat yang abu-abu di dalam bait-bait warna cerahmu. Mereka yang tidak terlalu mengerti bagaimana keseharian kita. Mereka yang tidak tau, cerita-cerita putus asa yang meninggikan pijakan kaki mu, sehingga kamu bisa melihat setinggi garis mata sang elang. Mereka yang tidak tau, bagaimana jika mood mu sedang tidak terlalu bagus, justru aku yang menjadi korban ignoran dari kamu. Seperti hari ini.

Hari ini, setelah sehari kamu sibuk dengan dunia mu. Baiklah, setiap orang perlu waktu bagi dirinya sendiri. Aku paham. Lalu apakah setelah kamu terbang dalam duniamu, kamu pulang? Apakah setelah kamu kamu ada di depanku, kamu menemukan kita? Jika itu tidak untukmu, tolong maafkan aku yang merasa kehilangan kita di tengah dua cangkir teh hangat di atas meja tadi malam.

Kadang aku hanya ingin kamu tumpahkan saja segala yang ada di dalam hatimu. Cerita dan segala keluh seperti sebuah mangkuk sup kacang merah kesukaan kita. Aku ingin melihat potongan-potongan wortel, kentang, buncis, dan butiran-butiran kacang merah isi hatimu. Aku ingin kamu membagi sup itu untuk kita, dan bukan untuk kamu makan sendiri. Aku ingin tau, apakah aku telah menjadi tempatmu berbagi.

dan entah kenapa tulisanmu ini menjadi tulisan tentangmu lagi.
Hhffh....... bahkan jari-jari yang telah menempel di tanganku selama lebih dari 24 tahun ini begitu bersemangat menyambut neuron-neuron motorik yang dikirim otak ku dengan label namamu. Hingga tak terasa, sudah bertumpuk luapan isi pagi ku hari ini. Semoga kalian juga sedikit lebih mengerti, tentang kamu dan kita.

Kata yang selalu kurindukan saat absensianya. Kata yang selalu ingin kuhadirkan saat bersamamu.
Kita,


You may also like

Tidak ada komentar:

notes from praz akhmad. Diberdayakan oleh Blogger.