Teori Berpikir

/
4 Comments
Assalamu'alaikum wr wb,
Apa kabar guys? wish you are all doing so well with your own stuff.
InsyaAllah,

via google.com/images
Beberapa waktu terakhir, saya cukup disibukkan dengan proses adaptasi pada beberapa departemen baru di komunitas. Mulai dari pergantian pimpinan departemen, launching departemen baru dan aku termasuk di dalamnya, dan tentu saja proyek-proyek pribadi yang juga menggugah semangat. Point is, setiap kita pasti punya kesibukan yang menguras perhatian, namun jangan sampai lupa dengan passion ya. It is your very treasure if you really after it.

Nah, salah satu passion saya (yang suka dilakukan saat senggang) adalah, mikir. hehehe
BroSist, pernah ga terpikir, gimana proses otak kita bekerja hingga dia mampu melahirkan keputusan-keputusan penting dalam hidup kita? Misal, ketika di Mall dan bingung memilih baju warna merah atau putih, namun akhirnya kalian memutuskan untuk memilih baju warna merah. (Contohnya kurang penting ya. hehehe) Tapi dalam proses bagaimana otak berpikir dan melahirkan keputusan warna merah, kenapa bisa begitu? Apa yang mempengaruhi otak sehingga memilih warna merah? kesukaan? model? atau stock baju di rumah?



Termasuk juga pertanyaan soal "Hati" dan perasaan itu ada di mana sih? Logika vs Perasaan, yang jadi topik besar untuk membedakan hakikat emansipasi perempuan dan kodrat hidup laki-laki.

Beberapa waktu terakhir, aku membaca sebuah buku karangan seorang ilmuwan muslim, yang sebelumya aku sendiri kurang begitu mengenalnya. Beberapa lembar pertama, permasalahan seputar - seberapa jauh kita mengenal Allah SWT dan seberapa jauh kita memahami akan kehadiran dan keberadaan Nya. Tapi di lembaran berikutnya, masih di bab yang sama, ada topik yang menarik dibahas yang itu jarang aku temui di pengajian-pengajian dan ta'lim selama ini. Yaitu pembahasan soal Teori Berfikir dalam Islam!

Ilmuwan ini menjelaskan bahwa pemikiran manusia adalah hal paling kuat yang bahkan mampu merubah dunia ini menjadi lebih baik, atau justru sebaliknya. Mengapa? Karena manusia mampu berbuat hal-hal yang luar biasa. Membuat pesawat yang mampu menjelajah ke luar angkasa, sampai membuat mesin yang mampu menggali jauh ke dalam isi perut bumi. Berbeda dengan binatang, yang sejak dulu tidak pernah mencetuskan REVOLUSI Industri, membentuk Persatuan Jerapah Imut Afrika, atau mencetuskan perang dunia monyet pertama.

Pemikiran manusia pula yang membentuk persepsi, sudut pandang dalam menghadapi sesuatu. Perspektif dan prasangka pertama yang membentuk posisi kita selanjutnya. Pemikiran-pemikiran yang didapat sebelumnya, terkumpul sehingga menyimpulkan sesuatu, itulah persepsi. Misal, persepsi kita terhadap orang-orang yang kita cintai, tentu akan berbeda 180 derajat dengan mereka yang tidak kita sukai. Juga kepada orang yang belum pernah bertemu sebelumnya.

Hal itu karena orang yang kita cintai, adalah orang-orang yang membuat kita bahagia, senang, nyaman bila bersama mereka. Sedangkan mereka yang dibenci adalah mereka yang sering kali menyusahkan, memberikan masalah, atau banyak faktor lain yang membuat kita tidak nyaman bersama mereka. Itulah juga, mengapa kita saat bertemu orang baru, kita tidak memiliki persepsi, dan cenderung menjadi pribadi yang kita inginkan orang lain untuk melihat, entah itu baik, biasa saja, atau cuek aja.

Sebagai bukti,
di Indonesia kita terbiasa tersenyum kepada orang yang berpapasan dengan kita, atau kepada mereka yang datang untuk menanyakan jalan, meskipun kita tidak mengenalnya. Mengapa? Karena sedari kecil kita terdidik untuk berbaik hati, memberikan senyuman untuk setiap orang. Bandingkan dengan di Western Society, mereka yang terdidik dengan budaya "do not talk to strangers". Mereka akan bermuka datar saat berpapasan dengan kita. Atau di Rusia, di mana tersenyum saat berpapasan bukan lah sesuatu yang normal, karena itu bukan budaya mereka.

Nah, menarik kan tentang konsep persepsi yang akhirnya menentukan sikap kita? Sedangkan pemikiran adalah awalan yang melahirkan persepsi, berasal dari kumpulan informasi yang pernah terindera oleh kita. Ambil contoh soal baju di atas, mengapa akhirnya memilih merah? Bisa jadi karena kita memang lebih suka warna merah, atau sedang suka dengan warna merah. Bisa jadi karena koleksi baju di rumah lebih banyak warna putih. Intinya, ada alasan-alasan (informasi) yang mendukung pemikiran. Dan informasi-informasi itu kemudian diproses oleh otak dan menjadi pemikiran, hingga akhirnya membentuk persepsi dan melahirkan aksi (keputusan).

Lalu bagaimana dengan mereka yang bilang "ah, aku cuma feeling aja."
Percaya atau tidak, feeling pun sebenarnya adalah proses penanaman kecenderungan di dalam pikiran bawah sadar manusia. Manusia memiliki banyak neuron dalam otak, yang dengan luar biasanya mampu merekam bahkan di luar kesadaran manusia nya sendiri. Pernah nonton film "Focus"? di situ ada scenes, tentang bagaimana penanaman pengaruh lewat informasi yang ditanam secara tidak langsung, dan itu memang bisa dijelaskan secara ilmiah.

Lalu bagaimana pandangan Islam soal pemikiran manusia?
Islam menganjurkan penganutnya untuk senantiasa berpikir Mustanir (cemerlang). Hal ini tersurat dalam puluhan ayat AlQuran yang menyeru pada manusia untuk berpikir, dan mengaitkan nya dengan keimanan. Salah satunya adalah dalam QS Ar Rum ayat 8,


via google.com
أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا۟ فِىٓ أَنفُسِهِم ۗ مَّا خَلَقَ ٱللَّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَآ إِلَّا بِٱلْحَقِّ وَأَجَلٍ مُّسَمًّى ۗ وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ ٱلنَّاسِ بِلِقَآئِ رَبِّهِمْ لَكَٰفِرُونَ
Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya.


So, sudah tau kan betapa dahsyat nya otak kita, yang mampu bekerja dengan proses sedemikian rupa, bahan memikirkan cara dirinya sendiri berpikir. hehe, now it's getting weird. Jadi mulai berpikir lah sesuatu yang besar. Sayangilah otak dan pemikiranmu, lewat hasil karya yang mampu merubah sesuatu menjadi lebih baik. Tidak hanya untuk obsesi, pupolaritas, atau materi, namun juga sebagai bentuk ibadah dan implementasi firman Allah SWT. Lumayan kan, mikir aja berpahala. hehehe

Beberapa orang sudah membuat resolusi untuk mereka capai sepanjang tahun ini. Mulai dari resolusi untuk hal-hal kecil seperti merubah kebiasaan, istiqomah dalam sebuah kebaikan, sampai dalam resolusi skala besar pada bisnis multi nasionalnya. Saya yakin kamu juga sudah membuat tumpukan list itu kan?

Buat saya menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan liar seperti di atas tadi adalah salah satunya. :)

oiya, baru-baru ini saya juga menulis tentang pengalaman Summer Camp 2016 di blog ANSHAR Australia, jika berkenan mohon mampir ya. JazaakumuLlaah khairan katsiir,
Waassalaamu'alaikum warahmah,


Praz Akhmad


You may also like

4 komentar:

  1. Congrats, Penjelasan yg menggunakan kaidah berpikir mustanir dan yg paling penting pointnya bs ditangkap walaupun dg bahasa yg ringan, i like this mas!
    Btw, i know what book you mean, maybe hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. I'm sure you're more than just knowing it, mbak. hehe
      Anw, makasi sudah mampir dan komen ya. saran nya dari yg uda "khatam" bukunya ditunggu.

      jazaakumuLlaah khair

      Hapus
  2. Agak rumit mas ceritanya, knp pada akhirnya saya bs baca dan coment di blognya mas..
    Td siang, masuk notif ke hp, dan notifnya ttg postingan mas yg ini, sy jg agak gaptek soalnya, knp notifnya bs muncul hehe

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

notes from praz akhmad. Diberdayakan oleh Blogger.