Densaruagia

/
0 Comments
Manusia berjalan beriring dengan detik. Helai angin yang menerpa rambut, membawa rasa segar untuk wajah yang baru saja menerima harta logika. Detik tidak pernah memutar balik, begitu juga seharusnya langkah kaki. Meskipun harus kembali kepada jiwa yang sama, namun rasa yang tercipta harusnya tidaklah sama. Walaupun itu hanya sebatas kutipan dan pena.

Manusia tidak pernah bersahabat dengan detik. Berlomba siapa yang tercepat, namun tidak pernah tau apa yang didapat. Bukankah itu sama dengan berjudi melawan waktu? Tidak seperti Dia yang selalu memeluk ku dengan firman-firman alamNya. Menuntun dan mengiba disaat aku melenguh kepadaNya. Memberikan apa yang telah dikata, menjanji apa yang telah terpatri.

Detik tidak pernah berjalan mundur, begitu pun manusia. Mereka selalu maju, meskipun berputar arah tuju nya. Pintar dengan sejuta alasan bukan? Sepintar dia menyembunyikan sesuatu dariku. Hey, tahukah kamu bahwa kekasihku memberikan ku rasa yang cukup tajam untuk mencium baunya? Catatan lama yang terbuka kembali, dengan lembaran-lembarannya yang berbau anyir melintas di bawah hidungku.

Empat, bait ini akan berhenti tepat di tempat. Namun sebelum itu, aku hanya ingin mendoakanmu. Dia mencintaimu, hanya kau saja yang belum tau. Aku juga mencintaimu, dan kau sudah tau. Hanya saja, cintaku tidak seperti cintaNya. Cintaku mampu tertabur seperti pasir yang tertiup angin, tersebar dan hilang dari genggaman. Dan aku melihatnya, kamu dengan angin yang kau tiup dari senyuman dan bahagiamu.


You may also like

Tidak ada komentar:

notes from praz akhmad. Diberdayakan oleh Blogger.