Taman Nasional Baluran, Jawa Timur

/
0 Comments




Sekitar awal bulan November 2012,
aku barengan beberapa kawan berkesempatan buat ziarah ke Taman Nasional Baluran. Taman Nasional yg tempatnya nyempil di bagian timur Jawa Timur, tepatnya di perbatasan wilayah Kota Situbondo - Banyuwangi. Aslinya, tempat ini memang uda masuk " Place To Go List " punyaku sekitar 4th yang lalu, apa daya baru dapat kesampaian (pertama kali) Bulan November tahun lalu, dan ceritanya baru diunggah sekarang. Haha, :D
Sampai saat ini, uda 3 kali aku blusukan ke dalem taman nasional yang juga dijuluki sebagai " Africa Van Java " ini. (Seriously, Savana Kilimanjaro-Savana Baluran, ibarat Mahameru-Penanggungan! Mirip banget!) Dan entah kenapa, rasanya ada sesuatu yg bikin betah berlama-lama disana. Ini ceritaku saat pertama kali menjamah keindahannya. :)


Taman Nasional Baluran ( TNB ) terletak di Batangan, Kab. Situbondo, Provinsi Jawa Timur. Tapi, karena letak geografisnya yang memang berada di wilayah paling ujung Situbondo ( 60Km dari pusat kota ), membuatnya lebih mudah diakses melalui pusat Kota Banyuwangi ( 35Km ). Taman ini memiliki areal total seluas 25.000 hektar, yang dinyatakan Menteri Pertanian, tahun 1980.  Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 279/Kpts- VI/97.

Sebesar 40% wilayah TNB ini adalah savana, sisanya kawasan evergreen forest, hutan rawa, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, dan hutan pegunungan bawah. Taman Nasional Baluran merupakan perwakilan ekosistem hutan yang spesifik kering di Pulau Jawa.

Tumbuhan yang ada di TNB ada 444 jenis, diantaranya terdapat tumbuhan asli yang khas dan menarik yaitu widoro bukol (Ziziphus rotundifolia), mimba (Azadirachta indica), dan pilang (Acacia leucophloea). Widoro bukol, mimba, dan pilang merupakan tumbuhan yang mampu beradaptasi dalam kondisi yang sangat kering (masih kelihatan hijau), walaupun tumbuhan lainnya sudah layu dan mengering.
Tumbuhan yang lain seperti asam (Tamarindus indica), gadung (Dioscorea hispida), kemiri (Aleurites moluccana), gebang (Corypha utan), api-api (Avicennia sp.), kendal (Cordia obliqua), manting (Syzygium polyanthum), dan kepuh (Sterculia foetida). 

Terdapat 26 jenis mamalia yg hidup di kawasan TNB seperti banteng (Bos javanicus javanicus), kerbau liar (Bubalus bubalis), ajag (Cuon alpinus javanicus), kijang (Muntiacus muntjak muntjak), rusa (Cervus timorensis russa), macan tutul (Panthera pardus melas), kancil (Tragulus javanicus pelandoc), dan kucing bakau (Prionailurus viverrinus). Yaah, meskipun bantengnya jarang keliatan, tapi ada spot tertentu yg pasti ada bantengnya? Ntar aku tunjukin di bagian selanjutnya. :))

Tentang perjalananku,
 Courtessy: Image.google.com
Posisi Baluran antara Surabaya dan Denpasar.
Kita memutuskan untuk berangkat dini hari menuju TNB, mengingat jarak tempuhnya yang cukup jauh. Diperkirakan, perjalanan membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 5 jam perjalanan dari kota kami, Sidoarjo. Pukul 00.30 WIB kita berangkat, setelah sebelumnya mampir di Alun-Alun Sidoarjo untuk mengisi kebutuhan logistik dalam perut. Keputusan makan sebelum berangkat, aku syukuri sekaligus sesali di saat bersamaan. Saat perjalanan yg relatif lancar, karena memang jalanan sangat sepi, perjalanan jadi sangat nyaman. Hingga serangan utama pun hinggap, NGANTUK!!! karena jam segitu memang normalnya adalah jam tidur kita semua. Jadilah aku sopir yg jd manusia dgn sepasang mata terbuka tersisa diantara para penumpang yg terlelap. :'))

Sekitar pukul 02.10 WIB,
Mataku sudah mulai terasa berat. Radio mobil ga difungsikan, karena frekuensi yg masuk cuma tembang jawa dari alat musik bonang (atau biasa dibilang gamelan) dan itu sukses membius para penumpang cuma melek sedetik, dan balik tidur lagi. Tapi, rasa kantuk itu hilang seketika saat kita sampai di wilayah PLTUA Paiton, yg dengan megah menyambut mobil-mobil yg melintas dengan ribuan lampu-lampunya yang berpendar indah, membangunkan kembali mata-mata yg terlelap dibuai mimpi. Ga mau kehilangan kesempatan, kita semua turun untuk berfoto. Hehehe, iya semua. Bahkan yg tidur juga bangun pas aku parkir mobilnya di bahu jalan.

For your information, di kawasan ini ada rambu dilarang berhenti, brosist. Jadi ga direkomendasikan ya, buat ikutan berhenti. Kita juga baru nyadar pas balik. So, kalo kena tilang resiko tanggung sendiri. Hehehe. 60 menit kemudian, kita melanjutkan perjalanan dengan (mata) lebih bugar.

courtessy : image.google.com
Pukul 05.40 WIB
Kita sudah berada di pos penjagaan pintu masuk TN Baluran, Situbondo.
Oiya, tentang transportasi, kali ini kita pergi dengan kendaraan pribadi. Awalnya, kami berencana naik bus jurusan Surabaya-Banyuwangi/Bali, karena awalnya hanya ada 3 orang peserta. Aksesnya jg cukup mudah, bisa langsung turun di Batangan, pintu masuk Baluran. Berhubung beberapa teman ikut gabung, akhirnya jumlahnya mencapai kuota untuk membawa mobil sendiri. Dan ternyata, pilihan itu tidak salah!

Pukul 06.00 WIB,
perjalanan berlanjut memasuki wilayah TNB menuju Pos Bekol. Jarak yang harus ditempuh lumayan panjang, 12Km dgn waktu tempuh mobil sekitar 80menit. Lama ya? Hehe, adalah kondisi jalan yang tidak terlalu mulus, membuat mobil tidak bisa berjalan dengan lancar. Tapi tak apa, perjalanan terasa nyaman karena rasa ingin menikmati suasana hutan hijau sepanjang tahun ( evergreen forest ), membuat perjalanan ini tidaklah terasa. Sesaat, terlihat ayam hutan dan rusa yang sedang mencari makan. Ratusan kupu-kupu kecil berwarna kuning dan putih, berkumpul di tengah jalan, seolah menjadi pintu gerbang yg indah sebelum memasuki wilayah rimba. Hingga keluar dari hutan, giliran hamparan savana yang luas, dengan sinar matahari pagi yg merasuk ke dalam, menghangatkan badan yg dibekukan malam. Benar-benar bagaikan melihat Afrika yang sering kami lihat di tv. ( Note : perjalanan menuju bekol gak bisa cerita banyak, sopirnya diganti Mas Agung Haribowo karena aku ngantuk berat. Ceritanya ini rekaman mata cuma pas kebangun aja, hehehe )

Pukul 07.20 WIB, Pos Bekol.
Saat itu cukup sepi, tidak ada mobil yang terparkir kecuali mobil kami. Pengunjung pun tidak terlihat, hanya beberapa Ranger yg berjaga dan petugas pengelola penginapan yang sedang mengumpulkan kayu, dan melakukan perbaikan pada jalur wisata. Seketika perhatian kami tersita oleh beberapa pemandangan. Gunung Baluran di sisi kanan, savana yang sangat luas dan mengering di depan, juga ratusan monyet di sebelah kiri!!! Ya, monyet-monyet nya banyak banget, mereka berkelompok dan berkeliaran bebas disekitar penginapan Bekol. Nampaknya sudah terbiasa dengan kehadiran manusia di sekitar mereka. Bahkan jika melihat benda berwarna cerah, mereka akan penasaran dan beberapa coba untuk mendekat. Segera para Ranger memperingatkan kita untuk menjaga barang-barang dari "serangan" monyet-monyet tersebut.

courtessy : image.google.com
Di Pos Bekol, kita sempatkan untuk aktifitas bersih diri dan istirahat. Maklum, sudah lebih dari 6jam kita hanya duduk dgn tubuh tertekuk. Sejenak meregang otot, rasanya menjadi kenikmatan. Selesai, mengambil foto di beberapa lokasi pun ga boleh ketinggalan. Fosil kumpulan tulang kepala banteng yang ditata rapi menjadi tujuan pasti. Savana di Baluran jika musim hujan, akan tumbuh rumput sehingga akan menjadi hijau. Namun jika musim kemarau, rumputnya meranggas, jd terlihat kering dan menguning ala savana Afrika beneran. Bedanya, disini ga ada (atau mungkin belum ada) kawanan Zebra, Gajah, Jerapah, atau Singa. Hahaha

Puas berburu foto, berjalan-jalan di savana, dan ngobrol santai di salah satu pohon besar ( di savana, pohon bisa dihitung jari ), kita kembali ke areal penginapan karena terik panas matahari sudah sangat terasa. Padahal saat itu masih sekitar jam 10 siang. Dan mendapati logistik kita sangat minim air minum, menjadi sebuah penyesalan dan pelajaran jika kembali ke Baluran, harus membawa cukup air minum dan makanan untuk persediaan.

Di area penginapan Bekol, tidak ada warung atau kafetaria. Satu-satunya makanan yang dijual hanyalah mie instant kemasan cup. Tidak cukup untuk makan pagi kita ber-8 yang mayoritas adalah laki-laki pekerja keras ( sedikit mirip pekerja bangunan yang lakik banget di iklan, lah. hahaha, iya miripnya cuma dikit ). Setelah berdiskusi sejenak, kita memutuskan untuk segera beranjak menuju pos selanjutnya, Pos Bama. Menurut info dari para Ranger, disana ada kafetaria yang menjual makanan nasi dan minuman. Pukul 11.25 WIB, kami bergerak menuju Pos Bama.
Tips: Bawalah cukup perbekalan, karena Logistik anda sangat berpengaruh pada Logika!! :D

Jarak Pos Bekol menuju Pos Bama sekitar 3Km dengan kondisi jalanan tidak jauh berbeda dari sebelumnya. Tapi, lagi-lagi dengan pemandangan ratusan monyet, sekawanan rusa, dan merak terbang membuat perjalanan terasa singkat dan rasa lapar terlupakan. Sesekali terlihat burung besar ( lupa namanya, hehe ) dan elang terlihat di atas pepohonan. Setelah sampai, kita masih ditakjubkan dengan Pantai Bama. Nuansa eksotis khas pantai, ditambah masih banyak area rindang dibawah pepohonan, juga suasana yg sepi jauh dari ramainya tingkah polah manusia. Tapi rasa itu seketika hilang akibat alarm alami dari perut-perut yg meronta-ronta. Jadilah kembali ke tujuan utama, kafetaria >>> sarapan.

Kita cukup beruntung, kafetaria ini menyediakan makan-makanan yang enak. Harganya juga normal. Memang menunya terbatas, tapi jika memesan dalam jumlag banyak, atau membuat reservasi, juga bisa disediakan. Dan inilah satu-satunya tempat dimana bisa melihat banteng. hahaha, kok bisa? Disini ada kepala banteng yg sudah diawetkan. Ceritanya, banteng itu ditemukan ketika sudah mati. Lalu diminta untuk diawetkan sebagai furniture. :)

Kenyang sarapan, kami lanjut melihat-lihat lokasi sekitar Pantai Bama. Beberapa kawan memanfaatkan waktu tersebut untuk tidur. Beralaskan flysheet, terlelap di pinggir pantai dengan nyaman dibawah pepohonan. Hanya saja, mereka lupa memperhitungkan "penduduk asli" Pantai Bama, yaitu kawanan monyet. Beberapa benda berharga kami saat itu berhasil diculik dan dihabisi oleh monyet-monyet, (snack dan minuman). Dasar monyet!! hahaha.

Di Pantai Bama,
terdapat penginapan ( orang disana menyebut pesanggrahan ) yang disediakan untuk wisatawan. Memang karena jumlahnya terbatas, ada baiknya jika menelepon terlebih dahulu untuk reservasi. Harga yang ditawarkan adalah Rp 75.000,-/orang , atau Rp 150.000/kamar. Bisa juga menyewa 1 penginapan dengan tarif Rp 300.000,-/penginapan dengan kapasitas 4 orang. Jika melebihi kuota seperti kami, diberikan harga tambahan tiap orang Rp 10.000,- . Kami beruntung ada penginapan yang masih kosong, dan menghadap ke arah pantai. Padahal sebelumnya, kami mendapat info bahwa penginapan di TNB sudah full book, baik di Bekol maupun di Bama.

Penginapan yg kami tempati cukup nyaman, dengan kamar dan tempat tidur yg baik. Namun, karena lokasinya yang berada jauh di dalam area hutan, baik Pos Bama maupun Pos Bekol hanya memiliki fasilitas yang minim, juga pasokan listrik yang terbatas. Siang hari, tidak ada listrik yang menyala di penginapan. Saat malam, listrik hanya dinyalakan mulai jam 18.00 - 22.00 WIB, momen berharga untuk mengisi ulang batere gadget dn peralatan elektronik lainnya. Ada power storage untuk lampu yang bisa menyala hingga pagi hari, juga kipas angin sebagai bonus.
 Tips: bawalah kabel multisource (atau TE listrik) jika ada banyak gadget yg dibawa. Bawa lotion anti nyamuk, juga perlengkapan pantai yg memadai. :)

Bama memiliki pantai yg sangat indah, tentu sayang jika hanya dinikmati sesaat. Menjelang sore, kita berjalan-jalan di sepanjang pantai dan melewati sedikit bagian hutan bakau, melihat banyak lutung ( monyet hitam ) bergelayutan di pinggir hutan, hingga kita mendapati areal yang cukup indah di sisi Pantai Bama. Pantai dengan batuan-batuan karang besar. Dari banyaknya pengunjung saat itu, hanya sedikit yang menikmati kawasan ini sehingga sangat nyaman untuk menikmati saat santai. Sayangnya, dari sedikit orang itu, masih ada saja yang merusak keindahannya dengan mencoret-coret batuan dengan tulisan-tulisan yang tidak berarti. Sangat disayangkan alam yg harusnya bisa dinikmati keasliannya, harus dicoreng dengan tulisan-tulisan tak berguna. Menjelang malam, kita kembali ke penginapan untuk bersih diri dan bersiap menikmati malam di Pantai Bama.

Cuaca yang cerah saat, menambah indah langit malam saat itu dengan ribuan bintang. Pemandangan yg sangat jarang bisa didapat di kota, yg sinar bintang terhalang jutaan lampu dari rumah-rumah manusia. Pemandangan semakin indah, karena para monyet sudah kembali ke sarang, dan pantai pun hanya dihuni sekelompok manusia. Kesempatan yg baik untuk berbincang dan tertawa, bersama kawan yg sama-sama kagum akan keindahan dari bebasnya alam. Tapi ternyata kami tidak sendiri, beralih monyet datanglah nyamuk dan kawan-kawannya yg sangat bersemangat merebut kembali wilayahnya yg kami tempati. Lotion anti nyamuk sangat berprestasi menghindarkan kami dari perang gerilya saat itu. Sukses, meskipun sesekali harus menepuk tangan sendiri. Jam menunjukkan Pukul 01.00 WIB, aku rasa waktu yg cukup untuk sejenak mengistirahatkan mata agar kembali bugar saat esok berekplorasi.
Pukul 04.50 WIB,
Sunrise Pantai Bama. Courtessy : Screw Frog Community
Kita mendapatkan kejutan spesial di Pantai Bama. Letak pantai yang menghadap ke timur, membuat panorama sunrise yg sangat indah. Segera, kamera dibangunkan dari pertapaannya dan disiapkan melukis segala pemandangan yang ada. Sunrise adalah salah satu momen unggulan di TNB, karena saat itu pula tiba rombongan wisatawan yang menginap di Bekol ikut bergabung menikmati suasana. Seketika Pantai Bama It's kano and snorkling time! Menikmati keindahan Pantai Bama dari laut. Pemandangan yg saya nikmati dengan kano, sungguh luar biasa. Panorama laut, dipadukan dengan keindahan alami belantara Baluran, sungguh sebuah pengalaman yg tak terlupakan. Ditambah keindahan bawah lautnya, SubhaanaAllah, Indonesia sejatinya memiliki begitu banyak kekayaan alami yang melimpah!!

diserbu lebih dari seratusan manusia. Hingga matahari muncul, itu adalah tanda bagi kita untuk bersiap menikmati laut di Pantai Bama. Yes,
 
Pukul 13.00 WIB.
Setelah capek bersenang-senang di laut sampai kulit menghitam, saatnya bersiap pulang. Rupanya saat itu penduduk sekitar wilayah TNB memiliki acara tradisi lokal di Pantai Bama dan beberapa titik di dalam kawasan TNB. Pantai Bama berubah diisi lautan manusia. Sedikit penasaran, tapi karena kita masih harus melakukan perjalanan panjang, sehingga rasa penasaran itu harus ikut kami bawa pulang ke rumah. Sekitar pukul 15.00 WIB kami meninggalkan TNB dengan segala pesonanya, serta harapan untuk dapat kembali ke sana lagi. ( ^ ^ )
*AlhamduliLlah, harapannya dikabulkan oleh Allah SWT. :)

Seriusan, ini bukan foto boyband!! --"




Taman Nasional Baluran. Courtessy : image.google.com
Tanzania National Park. Mirip kan sama TN Baluran? Courtessy : image.google.com


You may also like

Tidak ada komentar:

notes from praz akhmad. Diberdayakan oleh Blogger.