Pengalaman Ikut Kajian Ustadz Muda

/
0 Comments
Assalamualaikum, BroSist.

Lama banget saya absen ngisi blog ini. Seringnya pas udah niat banget pengen nulis, tiba-tiba ada aja yang lain ngasi kerjaan dadakan, jadi bikin mood nulis nya hilang. Hehe, klise keras gitu ya? Anyway, secara personal saya mohon maaf karena cuma nulis saat waktu kelewat senggang (banget). Mohon dimaafkan yaa.

Kali ini apa yang mau dibahas ya? Ada banyak isu nih. Mulai dari Pak Presiden yang minta dana haji di-investasi kan, terus vokalis Linkin Park (LP) Mas Chester Bennington yang mati bunuh diri. FYI, LP itu salah satu band favorit saya jaman SD-SMP (ooops, ketauan banget umur nih!) Dan juga kabar sedih dari saudara-saudara Palestina yang mendapatkan perlakuan repressive (lagi, dan lagi) dari zionis Israel. InnaAllahu ma’ahum.

Mungkin saya tidak akan menulis tentang itu semua sekarang, tidak di artikel ini. Tapi Palestina akan tetap saya tulis. Someday. Kali ini sharing pengalaman aja kali ya, masih sekitar seminggu-an yang lalu. Surabaya kedatangan tamu, seorang ustadz muda yang gawl (re: gaul), fashionable, dan dakwahnya asik banget (uda banyak juga recordnya di YouTube atau medsos lainnya). Kira-kira ketebak, ga? Hahaha, Ustadz muda jaman sekarang banyak kali, Mas Praz!

Beliau ini namanya, Ustadz Tengku Hanan Attaki, Lc. Dan ini pengalaman saya setelah mendengar langsung tausiyah beliau.


Sabtu sore, saya berniat menghadiri kajian Ustadz Hannan Attaki untuk pertama kalinya. Informasi nya datang dari teman saya yang suka ikut kajian ustadz-ustadz kondang. Hehe. Surabaya hari itu mendung seharian, meskipun jalanan menjadi sejuk, tapi tetap saya berdoa agar hujan tidak turun (sang motor abis dicuci, rek!). Saya berangkat ba’da maghrib, dengan harapan masih dapat shaf shalat isya saat acara. Sesampainya di masjid tempat acara, saya sangat terkejut dan takjub.

Ternyata begitu banyak orang yang hadir! Mobil-mobil terparkir memanjang di pinggiran jalan perumahan elit sekitaran masjid. Motor-motor jamaah memadati lebih dari 4 tanah kosong (yang saya lihat) + plus satu blok jalan yang sengaja ditutup untuk area parkir. Saya sendiri harus memarkir kendaraan cukup jauh dari masjid, mungkin sekitar 500m an. Jarak yang cukup untuk membuat keponakan saya bertanya kapan sampainya hingga beberapa kali. Hehehe. Beruntung, banyaknya jamaah yang berjalan bersama kami membuat jarak panjang tersebut tidak terlalu terasa

Kejutan selanjutnya adalah, karena saking banyaknya jamaah yang hadir, Masjid Al-Madani tidak mampu mengakomodir jumlah jama’ah sore itu. Saya saja yang hadir sebelum adzan isya, harus rela shalat di jalanan di luar area masjid. Rupanya, acara kajian telah dimulai sejak ba’da maghrib bersama Ustadz Aditya Abdurrahman, yang juga seorang ustadz muda, juga salah satu da'i yang saya kagumi. Saya menjadi setengah menyesal tidak hadir sebelum maghrib untuk mengikuti kajian Ustadz Aditya, atau yang lebih akrab dipanggil Mas Adit.

Setelah shalat, Ustadz Hannan Attaki yang dijadwalkan mulai kajian ba’da isya, rupanya belum juga sampai di lokasi. Infonya karena delay. Panitia pun meminta Ustadz Aditya melanjutkan kajiannya, yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab menarik. Mengapa begitu? Ustadz Aditya adalah dai yang aktif berdakwah pasca hijrah. Yang lebih menarik, beliau ini terkenal berfokus dakwah pada komunitas anak-anak punk jalanan! Buat saya itu luar biasa, mendekati anak-anak yang bahkan oleh sosial di-cap jelek, apalagi dari perspektif agama. AlhamduLillaah, atas izin Allah SWT beliau berhasil mengembangkan kajian nya hingga terkumpul banyak anak punk yang mulai kembali pada Islam. Ustadz Aditya melanjutkan sesi tersebut hingga sekitar pukul 8.30pm, saat Ust Hannan Attaki dan tim telah sampai di lokasi.

Saat proses kedatangan, ada yang menarik dari Ustadz Hannan Attaki ketika menuju masjid. Sebelumnya disampaikan oleh pembawa acara, bahwa Ustadz Hannan harus di-evakuasi dari jalanan sekitaran Jl. Kertajaya akibat jalanan macet parah! Entah akibat apa, tapi memang sabtu sore jalanan Surabaya pun juga tidak kalah padat dengan Minggu pagi (sepadat orang-orang di Taman Bungkul). Hehe, semoga menjadi pengalaman tak terlupakan buat Ust Hannan di Surabaya. Selain itu, ada pula hal yang perlu saya kritisi, bukan dari beliau, namun dari kita jamaah muslim.

Saya memang sampai saat itu hanya pernah beberapa kali mendengarkan kajian beliau dari radio, media sosial, juga YouTube. Saya termasuk yang tercerahkan dari kajian-kajian yang beliau sampaikan. Namun saya tidak terlalu menyadari tingkat kepopuleran nya. FYI, saya memang punya kecenderungan untuk bersikap biasa saja terhadap seseorang, siapapun dia. Meskipun saya tetap menghormati para ulama, ustadz, guru dan para kyai. Tapi saya tetap bingung melihat respon orang-orang yang lain ketika Ustadz Hannan datang.

Mereka langsung sontak berdiri dan memfoto-foto beliau, persis seperti pemandangan di TV saat fans melihat idola nya lewat. Saya tidak tahu, saya juga tidak menyalahkan, hanya saja dalam hati kecil saya, mencintai dan menghormati seseorang bukankah sekedarnya saja? Dan jika ada orang yang layak diberi penghargaan layaknya seorang idola, bukankah ibu kita lebih berhak mendapatnya dari kita? Anyway, itu hanya pendapat saya. Berbeda dalam hal ini adalah mubah. J

Ustadz Hannan Attaki telah berada di podium, dengan wajah yang terlihat sedikit letih akibat perjalanan dan mungkin jadwal beliau yang padat. Namun, sejak salam pertama diucapkan, saya merasakan aura yang menyejukkan dari tausiyah beliau. Bahasa yang dipakai sangat elegan ala ulama senior, dipadukan dengan bahasa dan hal-hal seputar dunia anak muda, menjadikan materi beliau yang (buat saya) berat, terasa ringan. Beliau menjelaskan tentang pentingnya pemuda untuk hijarah, dan memberi lebih banyak perhatian terhadap Islam.

Saat ini, ada begitu banyak isu seputar anak muda yang cukup meresahkan. Sebut saja pergaulan bebas (yang kini mulai dianggap wajar), narkoba, genk motor, dan lain sebagainya. Ustadz Hannan menyebutkan, semua itu akibat kurangnya interaksi pemuda terhadap ajaran-ajaran Islam, terutama kemauan untuk mempelajari Al-Qur’an. Hal tersebut makin diperparah pada kondisi di mana negara secara umum tidak mampu menghadirkan lingkungan yang baik, ditambah media yang cenderung ”menghajar” pemuda-pemuda muslim dengan globalisasi, liberalism, juga hedonism. Menjadikan PR kita sebagai umat muslim untuk selalu berdakwah, semakin terjal langkahnya.

Ustadz Hannan beberapa kali menyinggung persoalan hati, jodoh, dan motivasi untuk segera menikah. Topik yang sangat manis ibarat permen yupi bagi jama’ah yang kebanyakan pemuda dan pemudi. Beliau mengingatkan bahwa menikah itu jauh lebih baik daripada harus menjalin hubungan sebelum akad nikah. Sangat mudah bagi Allah SWT untuk menggerakkan hati, sebagaimana Allah SWT menggerakkan 4000 hati pemuda-pemudi Surabaya malam itu (serius, acara sabtu-malam minggu saat itu dihadiri lebih dari 4000 jama’ah), apalagi cuma 1 hati untuk bersanding dengan kita di sepanjang hidup kita di dunia. Gampang nya pake banget!

Lebih banyak, Ustadz Hannan menggambarkan tentang pentingnya Hijrah bagi pemuda muslim saat ini. Di saat Islam ini ibarat bara api bagi mereka yang menggenggam nya, dalam arti sangat sulit dan menyiksa. Namun hadits nabi tersebut kini telah nyata kebenarannya. Banyak pemuda islam saat ini yang lebih mengedepankan urusan dunia nya, lebih dari urusan akhiratnya. Sebagai contoh, berapa banyak dari kita yang bergegas shalat di masjid ketika adzan berkumandang? Jangankan shubuh, dhuhur dan ashar saja kita bagaimana? hehehe

Maka dari itu, kita sebagai pemuda islam harusnya lebih mengapresiasi keyakinan kita, istilah nya itu embrace our faith. Kalo apa yang diyakini saja tidak bisa diapresiasi, bagaimana bisa diri sendiri ter-apresiasi. Itu pun di mata manusia, bagaimana dengan Allah SWT?

Menurut saya (mengutip dari kata ustadz-ustadz yang lain, hehe) jika ada yang harus dibenahi dalam diri seseorang, maka hal itu adalah shalatnya. Jika shalatnya telah dapat dimaksimalkan, insyaAllah bagian yang lain akan menyesuaikan kebaikannya. Bukankah di Al-Qur’an sendiri Allah SWT berfirman bahwa shalat itu pencegah dari perbuatan keji dan munkar?

MashaAllaah, ga terasa uda sepanjang ini tulisannya.
Kalo begitu saya cukupkan dulu sampai disini untuk tulisan ini. Biar semangat nulisnya akan awet sampe tulisan selanjutnya, dan selanjutnya, dan selanjutnya lagi. Hehehe

Akhirul qalam, bilLaahi taufiq wal hidayah.

Wassalamu’alaikum warahmah.


You may also like

Tidak ada komentar:

notes from praz akhmad. Diberdayakan oleh Blogger.