Sang Bapak dan Si Anak (Perjalanan Pertama ke Padang)

/
0 Comments
Assalaamu'alaikum,

Pagi ini (25 Des) saya terjadwalkan untuk pertama kali pergi ke Padang. Kota tempat legenda Malin Kundang dan Jam Gadang berasal. Sebuah kota yang cukup familiar di telinga saya, karena banyak teman-teman saya di Sydney yg berasal dari sana. Dan alhamduliLlaah, pagi ini saya berkesempatan untuk pergi mengunjunginya.

Kepergian pertama saya ke Padang, selain karena undangan seorang teman baik, mungkin lebih tepatnya seperti figur kakak untuk saya, juga karena adanya excitement tersendiri untuk mengunjungi Kota Minangkabau ini. Saat saya membaca review beberapa artikel tentang Padang, baik dari dalam maupun luar negeri, saya selalu disuguhi pengalaman traveling yang, bahasa gaulnya, gue banget! Maklum, untuk penggemar traveling damai (baca: tidak ramai), mencari lokasi yang masih jarang dikunjungi anak-anak muda penyuka trip jaman sekarang, seperti menemukan durian di tengah gurun! hehehe. Oleh sebab itu, saat menerima undangan untuk terbang ke Padang, tanpa berpikir 2 kali, saya langsung meng-iya-kan undangan tersebut.


Saat itu, segera saya berkonsultasi jadwal dengan tim, disepakati tanggal 25-27 Desember saya mendapat ijin untuk pergi. Booking tiket pesawat paling awal adalah hal pertama yang terlintas di pikiran. Dan segala persiapan dilakukan sampai pagi ini, saya menulis tulisan ini di bangku baris kedua dari depan, di sebelah sepasang Bapak dengan anak laki-lakinya.


Ada hal menarik saat saya sedang berada di pesawat. Di sebelah saya, adalah seorang bapak dan anak laki-lakinya yang berasal dari Surabaya menuju Batam, bandara transit untuk perjalanan ke Padang. Saya cukup terkesan dengan cara berinteraksi Sang Bapak pada anaknya.

Anak laki-laki berumur sekitar 8 tahun, yang cukup komunikatif. Saya perhatikan, selalu ada yang ditanyakan maupun dikatakan kepada bapaknya tentang banyak hal. Sang Bapak, dengan antusias menjawab dan ikut berkomentar pada setiap yg dikatakan anaknya. Tidak hanya itu, lewat bahasa dan gaya bicara Sang Bapak, saya merasakan nuansa persahabatan yg baik antara bapak dan anak. Sesuatu hal yg jarang saya lihat di tempat lain.

Jujur saja, di banyak tempat yg lain, termasuk teman-teman saya, ada banyak cerita satir dr bagaimana cara seorang bapak memperlakukan anak laki-lakinya. Mulai cerita otoriter, tindak kekerasan, sampai perlakuan-perlakuan nyeleneh lain yang tidak seharusnya dilakukan seorang bapak kepada anak laki-lakinya. Ada banyak pertanyaan yg muncul di benak saya, apa yg dipikirkan oleh Sang Bapak sehingga bertindak seperti itu. Padahal dia, adalah figur yang nantinya menjadi panutan dan acuan pertama Si Anak laki-laki nanti, saat dia memberikan cucu untuk Sang Bapak.

Di sisi lain, setiap kali saya berhubungan dgn hal-hal yg berkaitan dgn pola asuh orangtua-anak, saya teringat pada orangtua saya. Betapa saya bersyukur dilahirkan dan dibesarkan oleh tangan-tangan mereka. Yang selalu supportive, komunikatif, dan delegatif kepada anak-anaknya. Kami, saya dan adik-adik saya, merasakan sendiri betapa Orangtua kami menjadi lebih wajib untuk kami hormati, karena sikap mereka kepada kami.

Orangtua kami membiasakan kami untuk mulai dapat bersikap dan menentukan pilihan, bahkan sejak usia dini. Saya ingat, dulu sebelum masuk SD saya diajak mengunjungi beberapa sekolah dan diakhir kunjungan, saya dipersilahkan sendiri oleh Bapak-Ibu saya untuk memilih bersekolah dimana. Saat saya SMA, saya diminta untuk mengurus proses seluruh pendaftaran dari awal sampai masuk di salah satu sekolah negeri di Surabaya, secara Mandiri. Dan itu juga dilakukan kepada adik-adik saya, dalam banyak hal lain selain pendidikan.

Saya selalu miris, dengan sikap Orangtua yang otoriter, memaksa anak untuk ikut bimbingan belajar, meskipun anaknya tidak menginginkannya. Hanya karena nilai Si Anak tidak terlalu bagus di Matematika atau bahasa asing, sehingga Orangtua merasa perlu meningkatkan "kemampuan" si anak. Mereka lupa, bahwa si anak pasti memiliki potensi dalam hal yg lain. Si anak pasti memiliki ketertarikan tertentu, yang seharusnya didukung Orangtua untuk terus menggali dan mengasah kemampuannya. Bukan sebaliknya, malah memaksa si anak untuk bagus secara nilai akademik, di semua mata pelajaran. Bahkan guru di sekolah mereka pun, hanya mengajarkan satu mata pelajaran saja, kan?
Saya berharap, para Orangtua semakin sadar akan posisi mereka yang menjadi orang kepercayaan dan guru pertama anak-anak mereka, sebelum orang lain. Para Orangtua semakin aware dgn cara mereka memperlakukan anak-anak mereka, agar lebih edukatif dan minim kekerasan. Para Orangtua semakin bijaksana dalam mengiringi proses tumbuh kembang anak, sehingga mereka lebih potensial dan komprehensif dalam skill yang mereka miliki. Karena menurut saya, nanti di masa depan, dunia lebih membutuhkan anak-anak muda yang lebih kompeten dan expert di bidangnya, mampu memimpin dan menentukan pilihannya, dan melakukan perubahan dengan optimisme yg tertanam di dirinya.

Wah, tidak terasa sudah hampir satu jam saya mengkritik para Orangtua ya. Hehehe,
Mohon maaf, bagi pihak-pihak yang merasa tersinggung atas tulisan saya. Semoga, tidak menjadi hal selain curhatan saya tentang kondisi yang terjadi di sekitar saya.

Ngomong-ngomong tentang curhat, pagi ini lagi-lagi saya hampir saja ketinggalan pesawat!! *shame on me!*
Setelah semalaman berdiskusi panjang tentang visi dan cara pandang bersama pendengar setia dn terbaik saya, paginya saya tertidur dan bangun pukul 7.15 WIB. Sedangkan pesawat saya terjadwal berangkat pukul 8.05 WIB!

Lagi-lagi saya bersyukur memiliki bapak yang super keren, yg tanpa bertele-tele, meskipun saat itu belum usai sarapan, langsung berganti pakaian, menyalakan mobil, dan mengantar saya langsung ke Bandara. AlhamduliLlaah, atas izin Allah SWT, karena jarak rumah dgn Bandara tidak terlalu jauh juga skill driving bapak saya yg keren, saya sampai di Bandara pukul 7.35 WIB dan masih diijinkan masuk. Hehehe, cukup untuk menaikkan adrenaline bagi saya untuk menyelesaikan tulisan ini di separuh perjalanan saya di pesawat.

Cukup dulu, tulisan kali ini.
Terima kasih telah membaca sampai baris ini. Semoga anda semua selalu sehat dan dalam lindungan Allah SWT.
Wish you all happy weekend!
Wassalaamu'alaikum,


You may also like

Tidak ada komentar:

notes from praz akhmad. Diberdayakan oleh Blogger.